Sejarah
Provinsi Lampung lahir pada tanggal 18 Maret 1964 dengan
ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 3/1964 yang kemudian menjadi
Undang-undang Nomor 14 tahun 1964. Sebelum itu Provinsi Lampung
merupakan Karesidenan yang tergabung dengan Provinsi Sumatera Selatan.
Kendatipun Provinsi Lampung sebelum tanggal 18 maret 1964 tersebut
secara administratif masih merupakan bagian dari Provinsi Sumatera
Selatan, namun daerah ini jauh sebelum Indonesia merdeka memang telah
menunjukkan potensi yang sangat besar serta corak warna kebudayaan
tersendiri yang dapat menambah khasanah adat budaya di Nusantara yang
tercinta ini. Oleh karena itu pada zaman VOC daerah Lampung tidak
terlepas dari incaran penjajahan Belanda.
Lampung pernah menjadi wilayah kekuasaan Kerajaan Tarumanagara dan Kerajaan Sunda sampai abad ke-16. Waktu Kesultanan Banten menghancurkan Pajajaran,
ibu kota Kerajaan Sunda maka Hasanuddin, sultan Banten yang pertama,
mewarisi wilayah tersebut dari Kerajaan Sunda. Hal ini dijelaskan dalam
buku The Sultanate of Banten tulisan Claude Guillot pada halaman 19
sebagai berikut: From the beginning it was abviously Hasanuddin's
intention to revive the fortunes of the ancient kingdom of Pajajaran for
his own benefit. One of his earliest decisions was to travel to
southern Sumatra, which in all likelihood already belonged to Pajajaran,
and from which came bulk of the pepper sold in the Sundanese
region.<refname="Claude Guillot">Guillot, Claude. (1990). The sultanate of Banten. Gramedia Book Publishing Division. hlm. 19.</ref>
Tatkala Banten dibawah pimpinan Sultan Ageng Tirtayasa (1651-1683)
Banten berhasil menjadi pusat perdagangan yang dapat menyaingi VOC di
perairan Jawa, Sumatra dan Maluku. Sultan Ageng ini dalam upaya
meluaskan wilayah kekuasaan Banten mendapat hambatan karena
dihalang-halangi VOC yang bercokol di Batavia. Putra Sultan Ageng
Tirtayasa yang bernama Sultan Haji diserahi tugas untuk menggantikan
kedudukan mahkota kesultanan Banten.
Dengan kejayaan Sultan Banten pada saat itu tentu saja tidak
menyenangkan VOC, oleh karenanya VOC selalu berusaha untuk menguasai
kesultanan Banten. Usaha VOC ini berhasil dengan jalan membujuk Sultan
Haji sehingga berselisih paham dengan ayahnya Sultan Agung Tirtayasa.
Dalam perlawanan menghadapi ayahnya sendiri, Sultan Haji meminta bantuan
VOC dan sebagai imbalannya Sultan Haji akan menyerahkan penguasaan atas
daerah Lampung kepada VOC. Akhirnya pada tanggal 7 April 1682 Sultan
Ageng Tirtayasa disingkirkan dan Sultan Haji dinobatkan menjadi Sultan
Banten.
Dari perundingan-perundingan antara VOC dengan Sultan Haji
menghasilkan sebuah piagam dari Sultan Haji tertanggal 27 Agustus 1682
yang isinya antara lain menyebutkan bahwa sejak saat itu pengawasan
perdagangan rempah-rempah atas daerah Lampung diserahkan oleh Sultan
Banten kepada VOC yang sekaligus memperoleh monopoli perdagangan di
daerah Lampung.
Pada tanggal 29 Agustus 1682 iring-iringan armada VOC dan Banten
membuang sauh di Tanjung Tiram. Armada ini dipimpin oleh Vander Schuur
dengan membawa surat mandat dari Sultan Haji dan ia mewakili Sultan
Banten. Ekspedisi Vander Schuur yang pertama ini ternyata tidak berhasil
dan ia tidak mendapatkan lada yang dicari-carinya. Agaknya perdagangan
langsung antara VOC dengan Lampung yang dirintisnya mengalami kegagalan,
karena ternyata tidak semua penguasa di Lampung langsung tunduk begitu
saja kepada kekuasaan Sultan Haji yang bersekutu dengan kompeni, tetapi
banyak yang masih mengakui Sultan Ageng Tirtayasa sebagai Sultan Banten
dan menganggap kompeni tetap sebagai musuh.
Sementara itu timbul keragu-raguan dari VOC apakah benar Lampung
berada dibawah Kekuasaan Sultan Banten, kemudian baru diketahui bahwa
penguasaan Banten atas Lampung tidak mutlak.
Penempatan wakil-wakil Sultan Banten di Lampung yang disebut "Jenang"
atau kadang-kadang disebut Gubernur hanyalah dalam mengurus kepentingan
perdagangan hasil bumi (lada).
Sedangkan penguasa-penguasa Lampung asli yang terpencar-pencar pada
tiap-tiap desa atau kota yang disebut "Adipati" secara hirarkis tidak
berada dibawah koordinasi penguasaan Jenang/ Gubernur. Jadi penguasaan
Sultan Banten atas Lampung adalah dalam hal garis pantai saja dalam
rangka menguasai monopoli arus keluarnya hasil-hasil bumi terutama lada,
dengan demikian jelas hubungan Banten-Lampung adalah dalam hubungan
saling membutuhkan satu dengan lainnya.
Selanjutnya pada masa Raffles berkuasa pada tahun 1811 ia menduduki
daerah Semangka dan tidak mau melepaskan daerah Lampung kepada Belanda
karena Raffles beranggapan bahwa Lampung bukanlah jajahan Belanda. Namun
setelah Raffles meninggalkan Lampung baru kemudian tahun 1829 ditunjuk
Residen Belanda untuk Lampung.
Dalam pada itu sejak tahun 1817 posisi Radin Inten semakin kuat, dan
oleh karena itu Belanda merasa khawatir dan mengirimkan ekspedisi kecil
dipimpin oleh Assisten Residen Krusemen yang menghasilkan persetujuan
bahwa :
- Radin Inten memperoleh bantuan keuangan dari Belanda sebesar f. 1.200 setahun.
- Kedua saudara Radin Inten masing-masing akan memperoleh bantuan pula sebesar f. 600 tiap tahun.
- Radin Inten tidak diperkenankan meluaskan lagi wilayah selain dari desa-desa yang sampai saat itu berada dibawah pengaruhnya.
Tetapi persetujuan itu tidak pernah dipatuhi oleh Radin Inten dan ia tetap melakukan perlawanan-perlawanan terhadap Belanda.
Oleh karena itu pada tahun 1825 Belanda memerintahkan Leliever untuk
menangkap Radin Inten, namun dengan cerdik Radin Inten dapat menyerbu
benteng Belanda dan membunuh Liliever dan anak buahnya. Akan tetapi
karena pada saat itu Belanda sedang menghadapi perang Diponegoro (1825 -
1830), maka Belanda tidak dapat berbuat apa-apa terhadap peristiwa itu.
Tahun 1825 Radin Inten meninggal dunia dan digantikan oleh Putranya
Radin Imba Kusuma.
Setelah Perang Diponegoro selesai pada tahun 1830 Belanda menyerbu
Radin Imba Kusuma di daerah Semangka, kemudian pada tahun 1833 Belanda
menyerbu benteng Radin Imba Kusuma, tetapi tidak berhasil mendudukinya.
Baru pada tahun 1834 setelah Asisten Residen diganti oleh perwira
militer Belanda dan dengan kekuasaan penuh, maka Benteng Radin Imba
Kusuma berhasil dikuasai.
Radin Imba Kusuma menyingkir ke daerah Lingga, namun penduduk daerah
Lingga ini menangkapnya dan menyerahkan kepada Belanda. Radin Imba
Kusuma kemudian di buang ke Pulau Timor.
Dalam pada itu rakyat dipedalaman tetap melakukan perlawanan, "Jalan
Halus" dari Belanda dengan memberikan hadiah-hadiah kepada
pemimpin-pemimpin perlawanan rakyat Lampung ternyata tidak membawa
hasil. Belanda tetap merasa tidak aman, sehingga Belanda membentuk
tentara sewaan yang terdiri dari orang-orang Lampung sendiri untuk
melindungi kepentingan-kepentingan Belanda di daerah Telukbetung dan
sekitarnya. Perlawanan rakyat yang digerakkan oleh putra Radin Imba
Kusuma sendiri yang bernama Radin Inten II tetap berlangsung terus,
sampai akhirnya Radin Inten II ini ditangkap dan dibunuh oleh
tentara-tentara Belanda yang khusus didatangkan dari Batavia.
Sejak itu Belanda mulai leluasa menancapkan kakinya di daerah
Lampung. Perkebunan mulai dikembangkan yaitu penanaman kaitsyuk,
tembakau, kopi, karet dan kelapa sawit. Untuk kepentingan-kepentingan
pengangkutan hasil-hasil perkebunan itu maka tahun 1913 dibangun jalan
kereta api dari Telukbetung menuju Palembang.
Hingga menjelang Indonesia merdeka tanggal 17 Agustus 1945 dan
periode perjuangan fisik setelah itu, putra Lampung tidak ketinggalan
ikut terlibat dan merasakan betapa pahitnya perjuangan melawan
penindasan penjajah yang silih berganti. Sehingga pada akhirnya sebagai
mana dikemukakan pada awal uraian ini pada tahun 1964 Keresidenan
Lampung ditingkatkan menjadi Daerah Tingkat I Provinsi Lampung.
Kejayaan Lampung sebagai sumber lada hitam pun mengilhami para
senimannya sehingga tercipta lagu Tanoh Lada. Bahkan, ketika Lampung
diresmikan menjadi provinsi pada 18 Maret 1964, lada hitam menjadi salah
satu bagian lambang daerah itu. Namun, sayang saat ini kejayaan
tersebut telah pudar.
Geografi
Provinsi Lampung memiliki luas 35.376,50 km² dan terletak di antara
105°45'-103°48' BT dan 3°45'-6°45' LS. Daerah ini di sebelah barat
berbatasan dengan Selat Sunda dan di sebelah timur dengan Laut Jawa.
Beberapa pulau termasuk dalam wilayah Provinsi Lampung, yang sebagian
besar terletak di Teluk Lampung, di antaranya: Pulau Darot, Pulau
Legundi, Pulau Tegal, Pulau Sebuku, Pulau Ketagian, Pulau Sebesi, Pulau
Poahawang, Pulau Krakatau, Pulau Putus dan Pulau Tabuan. Ada juga Pulau
Tampang dan Pulau Pisang di yang masuk ke wilayah Kabupaten Lampung Barat.
Keadaan alam Lampung, di sebelah barat dan selatan, di sepanjang
pantai merupakan daerah yang berbukit-bukit sebagai sambungan dari jalur
Bukit Barisan di Pulau Sumatera.
Di tengah-tengah merupakan dataran rendah. Sedangkan ke dekat pantai di
sebelah timur, di sepanjang tepi Laut Jawa terus ke utara, merupakan
perairan yang luas.
Gunung
Gunung-gunung yang puncaknya cukup tinggi, antara lain:- Gunung Pesagi (2262 m) di Liwa, Lampung Barat
- Gunung Seminung (1.881 m) di Sukau, Lampung Barat
- Gunung Tebak (2.115 m) di Sumberjaya, Lampung Barat
- Gunung Rindingan (1.506 m) di Pulau Panggung, Tanggamus
- Gunung Pesawaran (1.662 m) di Kedondong, Pesawaran
- Gunung Betung (1.240 m) di Teluk Betung, Bandar Lampung
- Gunung Rajabasa (1.261 m) di Kalianda, Lampung Selatan
- Gunung Tanggamus (2.156 m) di Kotaagung, Tanggamus
- Gunung Krakatau di Selat Sunda, Lampung Selatan
- Gunung Sekincau Liwa, Lampung barat
- Gunung Ratai di Padang Cermin, Pesawaran
Eksplorasi gunung
Gunung-gunung lampung memang tak setinggi gunung-gunung di pulau
jawa, tetapi memili kesulitan yang cukup tinggi untuk mendakinya, karena
memiliki tingkat kerapatan yang tinggi pula. Mahasiswa pecinta alam
universitas lampung (MAPALA UNILA)adalah salah satu organisasi yang
sering melakukan penelitian,pendataan dan eksplorasi gunung-gunung di
lampung yang masih perawan dan belum terjamah oleh tangan manusia.
selain gunung, MAPALA UNILA juga telah banyak melakukan eksplorasi
seperti goa didaerah lampung barat(krui), penyu, tebing, sungai, pantai,
pulau-pulau disekitar lampung, daerah-daerah terpencil DLL yang ada
didaerah lampung.
Sungai
Sungai-sungai yang mengalir di daerah Lampung menurut panjang dan cathment area (c.a)-nya adalah:- Way Sekampung, panjang 265 km, c.a. 4.795,52 km2
- Way Semaka, panjang 90 km, c.a. 985 km2
- Way Seputih, panjang 190 km, c.a. 7.149,26 km2
- Way Jepara, panjang 50 km, c.a. 1.285 km2
- Way Tulangbawang, panjang 136 km, c.a. 1.285 km2
- Way Mesuji, panjang 220 km, c.a. 2.053 km2
Way Sekampung mengalir di daerah kabupaten Tanggamus, Pringsewu,
Pesawaran dan Lampung Selatan. Anak sungainya banyak, tetapi tidak ada
yang panjangnya sampai 100 km. Hanya ada satu sungai yang panjangnya
51 km dengan c.a. 106,97 km2 ialah Way Ketibung di Kalianda.
Way Seputih mengalir di daerah kabupaten Lampung Tengah dengan anak-anak sungai yang panjangnya lebih dari 50 km adalah:
- Way Terusan, panjang 175 km, c.a. 1.500 km2
- Way Pengubuan, panjang 165 km, c.a. 1.143,78 km2
- Way Pegadungan, panjang 80 km, c.a. 975 km2
- Way Raman, panjang 55 km, c.a. 200 km2
Way Tulangbawang mengalir di kabupaten Tulangbawang dengan anak-anak sungai yang lebih dari 50 km panjangnya, di antaranya:
- Way Kanan, panjang 51 km, c.a. 1.197 km2
- Way Rarem, panjang 53,50 km, c.a. 870 km2
- Way Umpu, panjang 100 km, c.a. 1.179 km2
- Way Tahmy, panjang 60 km, c.a. 550 km2
- Way Besay, panjang 113 km, c.a. 879 km2
- Way Giham, panjang 80 km, c.a. 506,25 km2
Way Mesuji yang mengalir di perbatasan provinsi Lampung dan Sumatera
Selatan di sebelah utara mempunyai anak sungai bernama Sungai Buaya,
sepanjang 70 km dengan c.a. 347,5 km2.
Hutan-hutan besar di dataran rendah dapat dikatakan sudah habis
dimanfaatkan untuk kepentingan pembangunan pertanian, untuk para
transmigran yang terus-menerus memasuki daerah ini. Kayu-kayu hasil
hutan diekspor ke luar negeri. Hutan-hutan yang masih ada, yang tanahnya
dapat dikatakan belum banyak dibuka sebagian besar terletak di sebelah
barat, di daerah Bukit Barisan Selatan.
Beberapa kota di daerah provinsi Lampung yang tingginya 50 m lebih
dari permukaan laut adalah: Tanjungkarang (96 m), Kedaton (100 m), Metro
(53), Gisting (480 m), Negeri sakti (100 m), Pringsewu (50 m),
Pekalongan (50 m), Batanghari (65 m), Punggur (50 m), Padang ratu (56
m), Wonosobo (50 m), Kedondong (80 m), Sidomulyo (75 m), Kasui (200 m),
Sri Menanti (320 m) dan Kota Liwa (850 m).
Ekonomi
Masyarakat pesisir lampung kebanyakan nelayan, dan bercocok tanam.
Sedangkan masyarakat tengah kebanyakan berkebun lada, kopi, cengkeh,
kayu manis dll.
Lampung fokus pada pengembangan lahan bagi perkebunan besar seperti
kelapa sawit, karet, padi, singkong, kakao, lada hitam, kopi, jagung,
tebu dll. Dan di beberapa daerah pesisir, komoditas perikanan seperti
tambak udang lebih menonjol, bahkan untuk tingkat nasional dan
internasional. Selain hasil bumi Lampung juga merupakan kota pelabuhan
karena lampung adalah pintu gerbang untuk masuk ke pulau sumatra. dari
hasil bumi yang melimpah tumbuhlah banyak industri-industri seperti di
daerah pesisir panjang, daerah natar, tanjung bintang, bandar jaya dll
Pariwisata
Tahun 2009 Pemerintah Provinsi Lampung mencanangkan tahun kunjungan
wisata. Jenis Wisata yang dapat dikunjungi di Lampung adalah Wisata
Budaya di beberapa Kampung Tua di Sukau, Liwa, Kembahang, Batu Brak,
Kenali, Ranau dan Krui di Lampung Barat serta Festival Sekura yang
diadakan dalam seminggu setelah Idul Fitri di Lampung Barat, Festival
Krakatau di Bandar Lampung, Festival Teluk Stabas di Lampung Barat,
Festival Teluk Semaka di Tanggamus, dan Festival Way Kambas di Lampung
Timur.
Transportasi
Untuk mengakses Provinsi Lampung, dari arah Aceh dapat menggunakan
jalur darat melalui jalan lintas tengah Sumatera, Jalan Lintas Timur
Sumatera, dan Jalan Lintas Barat Sumatera. Atau bisa menggunakan jalur
udara, melalui Bandar Udara Radin Inten II.
Juga untuk jalur laut bisa menggunakan Pelabuhan Bakauheni. Kondisi
seluruh jalan akses menuju Lampung dalam kondisi baik. Untuk jalan
lintas Sumatera (status jalan nasional), seringkali mengalami kerusakan
akibat beban jalan yang tinggi karena dilintasi oleh kendaraan barang
dari seluruh daerah.
Industri
Sebagai gerbang Sumatera, di Lampung sangat potensial berkembang
berbagai jenis industri. Mulai dari industri kecil (kerajinan) hingga
industri besar, terutama di bidang agrobisnis.
Industri penambakan udang termasuk salah satu tambak yang terbesar di
dunia setelah adanya penggabungan usaha antara Bratasena, Dipasena dan
Wachyuni Mandira.
Terdapat juga pabrik gula dengan produksi per tahun mencapai 600.000
ton oleh 2 pabrik yaitu Gunung Madu Plantation dan Sugar Group. pada
tahun 2007 kembali diresmikan pembangunan 1 pabrik gula lagi dibawah PT.
Pemuka Sakti Manis Indah (PSMI) yang diproyeksikan akan mulai produksi
pada tahun 2008.
Industri agribisnis lainnya: ketela (ubi), kelapa sawit, kopi robusta, lada, coklat, kakao, nata de coco dan lain-lain.
Tapis Lampung
Kain Tapis adalah pakaian wanita suku Lampung yang berbentuk kain
sarung terbuat dari tenun benang kapas dengan motif atau hiasan bahan
sugi, benang perak atau benang emas dengan sistem sulam (Lampung;
"Cucuk").
Dengan demikian yang dimaksud dengan Tapis Lampung adalah hasil tenun
benang kapas dengan motif, benang perak atau benang emas dan menjadi
pakaian khas suku Lampung. Jenis tenun ini biasanya digunakan pada
bagian pinggang ke bawah berbentuk sarung yang terbuat dari benang kapas
dengan motif seperti motif alam, flora dan fauna yang disulam dengan
benang emas dan benang perak.
Tapis Lampung termasuk kerajian tradisional karena peralatan yang
digunakan dalam membuat kain dasar dan motif-motif hiasnya masih
sederhana dan dikerjakan oleh pengerajin. Kerajinan ini dibuat oleh
wanita, baik ibu rumah tangga maupun gadis-gadis (muli-muli) yang pada
mulanya untuk mengisi waktu senggang dengan tujuan untuk memenuhi
tuntutan adat istiadat yang dianggap sakral. Kain Tapis saat ini
diproduksi oleh pengrajin dengan ragam hias yang bermacam-macam sebagai
barang komoditi yang memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi.
Demografi
Bahasa
Masyarakat Lampung yang plural menggunakan berbagai bahasa, antara lain: bahasa Indonesia, bahasa Jawa, bahasa Sunda, bahasa Bali, bahasa Minang dan bahasa setempat yang disebut bahasa Lampung.
Pendidikan
Perguruan Tinggi
- Universitas Lampung
- IAIN Raden Intan
- Institut Teknologi Sumatera
- Politeknik Negeri Lampung
- IBI Darmajaya Bandar Lampung
- Sekolah Tinggi Pertanian Surya Dharma Lampung
- Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Lampung
- Universitas Bandar Lampung
- Universitas Muhammadiyah Lampung
- Universitas Mitra Lampung
- Universitas Darmajaya
- Universitas Malahayati
- Universitas Tulang Bawang
- Perguruan Tinggi Teknokrat
- STKIP PGRI Bandar Lampung
- DCC Lampung
- Universitas Megou Pak Tulang Bawang
- A2L STIE Lampung
- Poltekkes Tanjung Karang
- Universitas Muhammadiyah Metro
- STKIP Darmawacana Metro
- STKIP Muhammadiyah Pringsewu
- STKIP Muhammadiyah Kotabumi
- STMIK Pringsewu
- STAI Pringsewu
- STAI Maarif Metro
- STAIN Jurai Siwo Metro
- STIE Lampung Timur
- STAI Darussalam Lampung
- Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Gentiaras
- Sekolah Tinggi Agama Islam Ibnu Rusyd Kotabumi
Politik dan pemerintahan
Kabupaten dan Kota
No. | Kabupaten/Kota | Ibu kota |
---|---|---|
1 | Kabupaten Lampung Barat | Liwa |
2 | Kabupaten Lampung Selatan | Kalianda |
3 | Kabupaten Lampung Tengah | Gunung Sugih |
4 | Kabupaten Lampung Timur | Sukadana |
5 | Kabupaten Lampung Utara | Kotabumi |
6 | Kabupaten Mesuji | Wiralaga Mulya |
7 | Kabupaten Pesawaran | Gedong Tataan |
8 | Kabupaten Pringsewu | Pringsewu |
9 | Kabupaten Tanggamus | Kota Agung |
10 | Kabupaten Tulang Bawang | Menggala |
11 | Kabupaten Tulang Bawang Barat | Panaragan Jaya |
12 | Kabupaten Way Kanan | Blambangan Umpu |
13 | Kabupaten Pesisir Barat | Krui |
14 | Kota Bandar Lampung | Tanjung Karang |
15 | Kota Metro | Metro |
Daftar gubernur
No | Foto | Nama | Mulai Jabatan | Akhir Jabatan | Keterangan |
1. | Kusno Danupoyo | 1964 | 1966 | ||
2. | ![]() |
Zainal Abidin Pagaralam | 1966 | 1973 | |
3. | R. Sutiyoso | 1973 | 1978 | ||
4. | ![]() |
Yasir Hadibroto | 1978 | 1988 | |
5. | ![]() |
Poedjono Pranyoto | 1988 | 1993 | Masa jabatan Periode 1 |
6. | ![]() |
Poedjono Pranyoto | 1993 | 1998 | Masa jabatan Periode 2 |
7. | ![]() |
Oemarsono | 1998 | 5 Februari 2003 | |
8. | ![]() |
Tursandi Alwi | 5 Februari 2003 | 2 Juni 2004 | Pejabat Gubernur |
9. | Sjachroedin Z.P | 2 Juni 2004 | 2 Juli 2008 | Masa jabatan Periode 1 | |
10. | ![]() |
Syamsurya Ryacudu | 2 Juli 2008 | 2 Juni 2009 | Pejabat Gubernur |
11. | Sjachroedin Z.P | 2 Juni 2009 | 2 Juni 2014 | Masa jabatan Periode 2 | |
12. | ![]() |
Muhammad Ridho Ficardo | 2 Juni 2014 | Sekarang |
Seni dan budaya
Sastra
Lampung menjadi lahan yang subur bagi pertumbuhan sastra, baik sastra (berbahasa) Indonesia
maupun sastra (berbahasa) Lampung. Kehidupan sastra (Indonesia) di
Lampung dapat dikatakan sangat ingar-bingar meskipun usia dunia
kesusastraan Lampung relatif masih muda. Penyair Iwan Nurdaya-Djafar yang baru kembali ke Lampung setelah selesai kuliah di Bandung sekitar 1980-an mengaku kepenyairan di Lampung masih sepi. Dia baru menjumpai Isbedy Stiawan ZS, A.M. Zulqornain, Sugandhi Putra, Djuhardi Basri, Naim Emel Prahana dan beberapa nama lainnya.
Barulah memasuki 1990-an kemudian Lampung mulai semarak dengan penyair-penyair seperti Iswadi Pratama, Budi P. Hatees, Panji Utama, Udo Z. Karzi, Ahmad Yulden Erwin, Christian Heru Cahyo dan lain-lain. Menyusul kemudian Ari Pahala Hutabarat, Budi Elpiji, Rifian A. Chepy, Dahta Gautama dkk. Kini ada Dina Oktaviani, Alex R. Nainggolan, Jimmy Maruli Alfian, Y. Wibowo, Inggit Putria Marga, Nersalya Renata dan Lupita Lukman. Selain itu ada cerpenis Dyah Merta dan M. Arman AZ..
Leksikon Seniman Lampung
(2005) menyebutkan tidak kurang dari 36 penyair/sastrawan Lampung yang
meramaikan lembar-lembar sastra koran, jurnal dan majalah seantero
negeri.
Teater
Perkembangan teater di Lampung banyak dilatarbelakangi dari keinginan
para pelajar dan mahasiswa yang tergabung dalam kelompok seni untuk
mendalami seni peran dan pertunjukkan. Beberapa kelompok teater kampus
dan pelajar yang masih tercatat aktif sampai saat ini adalah teater
Kurusetra (UKMBS Unila), KSS (FKIP Unila), Green Teater (Umitra), Teater
Biru (Darmajaya), Teater Kapuk (STAIN Metro), Teater Sudirman 41 (SMAN 1
Bandar Lampung), Teater Gemma (SMAN 2 Bandar Lampung), Teater Palapa
(SMAN 3 Bandar Lampung), Teater Sanggar Madani(SMAN 5 Bandar Lampung),
Teater Handayani (SMAN 7 Bandar Lampung), Kolastra (SMAN 9 Bandar
Lampung), Teater Sebelas (SMAN 11 Bandar Lampung), Teater Pelopor (SMA
Perintis 1 Bandar Lampung), Insyaallah Teater (SMU Perintis 2 Bandar
Lampung), Teater Cupido (SMAN 1 Sumberjaya).
Sedangkan beberapa teater yang digerakkan seniman-seniman Lampung
yaitu Teater Satu, Komunitas Berkat Yakin (Kober), Teater Kuman, Teater
Sendiri. Penggerak teater di Lampung yang masih eksis mengembangkan seni
pertunjukkan teater melalui karya-karyanya antara lain Iswadi Pratama,
Ari Pahala Hutabarat, Robi akbar, M. Yunus, Edi Samudra Kertagama, Ahmad
Jusmar, Imas Sobariah, Ahmad Zilalin, Darmawan. Lampung tidak hanya
dikenal banyak melahirkan sastrawan-sastrawan baru namun aktor-aktor
potensial pun juga tidak sedikit yang muncul seperti, Rendie Dadang
Yusliadi, Robi Akbar, Eyie, Iin Mutmainah, M Yunus, Dedi Nio, Liza
Mutiara Afriani, Iskandar GB, Ruth Marini.
Dalam tiap tahunnya even-even teater seperti pertunjukan, lomba,
workshop dan diskusi kerap digelar di Provinsi ini serta tempat tempat
yang sering digunakan adalah Gedung Teater Tertutup Taman Budaya
Lampung, Auditorium RRI, GSG UNILA, Academic Centre STAIN Metro, Gedung
PKM Unila, Aula FKIP Unila, Pasar Seni Enggal.
Adapun even tahunan teater yang terbesar di Lampung adalah Liga
Teater SLTA se-Provinsi Lampung sebagai ajang apresiasi para aktor
Pelajar Lampung yang kualitasnya tidak kalah dengan pelajar di luar
Lampung.
Musik
Sebagaimana sebuah daerah, Lampung memiliki beraneka ragam jenis
musik, mulai dari jenis tradisional hingga modern (musik modern yang
mengadopsi kebudayaan
musik global). Adapun jenis musik yang masih bertahan hingga sekarang
adalah Klasik Lampung. Jenis musik ini biasanya diiringi oleh alat musik
gambus dan gitar akustik. Mungkin jenis musik ini merupakan perpaduan
budaya Islam dan budaya asli itu sendiri. Beberapa kegiatan festival
diadakan dengan tujuan untuk mengembangkan budaya musik tradisional
tanpa harus khawatir akan kehilangan jati diri. Festival Krakatau,
contohnya adalah sebuah Festival yang diadakan oleh Pemda Lampung yang
bertujuan untuk mengenalkan Lampung kepada dunia luar dan sekaligus
menjadi ajang promosi pariwisata.
Tarian
Ada berbagai jenis tarian yang merupakan aset budaya Provinsi Lampung. Salah satu jenis tarian yang terkenal adalah Tari Sembah dan Tari Melinting (saat ini nama Tari Sembah sudah dibakukan menjadi Sigeh Pengunten).
Ritual tari sembah biasanya diadakan oleh masyarakat lampung untuk
menyambut dan memberikan penghormatan kepada para tamu atau undangan
yang datang, mungkin bolehlah dikatakan sebagai sebuah tarian
penyambutan. Selain sebagai ritual penyambutan, tari sembah pun kerap
kali dilaksanakan dalam upacara adat pernikahan masyarakan Lampung.
Busana Adat
Daerah Lampung dikenal sebagai penghasil kain tapis, kain tenun
bersulam benang emas yang indah. Kain ini dibuat oleh wanita. Pada
penyelenggaraan upacara adat, seperti perkawinan, tapis yang dipenuhi
sulaman benang emas dengan motif yang indah merupakan kelengkapan busana
adat daerah Lampung.
Dalam keseharian laki-laki Lampung mengikat kepalanya dengan kikat.
Bahannya dari kain batik. Bila dipakai dalam kerapatan adat dipadukan
dengan baju teluk belanga dan kain. Lelaki muda Lampung lebih menyukai
memakai kepiah/ketupung, yaitu tutup kepala berbentuk segi empat
berwarna hitam terbuat dari kain tebal, apalagi kalau ingin bertemu
dengan gadis. Untuk mengiring pengantin dikenakan kekat akkin, yaitu
destar dengan bagian tepi dihias bunga-bunga dari benang emas dan bagian
tengah berhiaskan siger, serta di salah satu sudutnya terdapat sulaman
benang emas berupa bunga tanjung dan bunga cengkeh.
Sebagai penutup badan dikenakan kawai, yaitu baju berbentuk teluk
belanga belah buluh atau jas. Baju ini terbuat dari bahan kain tetoron
atau belacu dan lebih disukai yang berwarna terang. Tetapi sekarang
banyak digunakan kawai kemija, yaitu bentuk kemeja seperti pakaian
sekolah atau moderen. Pemakaian kawai kemija ini sudah biasa untuk
menyertai kain dan peci, ketika menghadiri upacara adat sekalipun.
Bagian bawah mengenakan senjang, yaitu kain yang dibuat dari kain
Samarinda. Bugis atau batik Jawa. Tetapi sekarang telah dikenal adanya
celanou (celana) pendek dan panjang sebagai penganti kain.
Kaum wanita Lampung sehari-hari memakai kanduk/kakambut atau kudung
sebagai penutup kepala yang dililitkan. Bahannya dari kain halus tipis
atau sutera. Selain itu, kaum ibu kadangkadang menggunakannya sebagai
kain pengendong anak kecil.
Lawai kurung digunakan sebagai penutup badan, memiliki bentuk seperti
baju kurung. Baju ini terbuat dari bahan tipis atau sutra dan pada tepi
muka serta lengan biasa dihiasi rajutan renda halus. Sebagai kain
dikenakan senjang atau cawol. Untuk mempererat ikatan kain (senjang) dan
celana di pinggang laki-laki digunakan bebet (ikat pinggang), sedangkan
wanitanya menggunakan setagen. Perlengkapan lain yang dikenakan oleh
laki-laki Lampung adalah selikap, yaitu kain selendang yang dipakai
untuk penahan panas atau dingin yang dililitkan di leher. Pada waktu
mandi di sungai, kain ini dipakai sebagai kain basahan. Selikap yang
terbuat dari kain yang mahal dipakai saat menghadiri upacara adat dan
untuk melakukan ibadah ke masjid.
Untuk menghadiri upacara adat, seperti perkawinan kaum wanita, baik
yang gadis maupun yang sudah kawin, menyanggul rambutnya (belatung
buwok). Cara menyanggul seperti ini memerlukan rambut tambahan untuk
melilit rambut ash dengan bantuan rajutan benang hitam halus. Kemudian
rajutan tadi ditusuk dengan bunga kawat yang dapat bergerak-gerak
(kembang goyang).
Khusus bagi wanita yang baru menikah, pada saat menghadiri upacara
perkawinan mengenakan kawai/kebayou (kebaya) beludru warna hitam dengan
hiasan rekatan atau sulaman benang emas pada ujung-ujung kebaya dan
bagian punggungnya. Dikenakan senjang/ cawol yang penuhi hiasan terbuat
dari bahan tenun bertatah sulam benang emas, yang dikenal sebagai kain
tapis atau kain Lampung. Sulaman benang emas ada yang dibuat
berselang-seling, tetapi ada yang disulam hampir di seluruh kain.
Para ibu muda dan pengantin baru dalam menghadiri upacara adat
mengenakan kain tapis bermotif dasar bergaris dari bahan katun bersulam
benang emas dan kepingan kaca. Di bahunya tersampir tuguk jung sarat,
yaitu selendang sutra bersulam benang emas dengan motif tumpal dan bunga
tanjung. Selain itu, juga dapat dikenakan selekap balak, yaitu
selendang sutra disulam dengan emas dengan motif pucuk rebung, di
tengahnya bermotifkan siger yang di kelilingi bunga tanjung, bunga
cengkeh dan hiasan berupa ayam jantan.
Untuk memperindah dirinya dipergunakan berbagai asesoris terbuat dari
emas. Selambok/rattai galah, yaitu kalung leher (monte) berangkai
kecil-kecil dilengkapi dengan leontin dari batu permata yang ikat dengan
emas. Kelai pungew, yaitu gelang yang dipakai di lengan kanan atau
kiri, biasanya memiliki bentuk seperti badan ular (kalai ulai). Pada
jari tengah atau manis diberi cincin (alali) dari emas, perak atau suasa
diberi mata dari permata. Dikenakan pula kalai kukut, yaitu gelang kaki
yang biasanya berbentuk badan ular melingkar serta dapat dirangkaikan.
Kalai kukut ini dipakai sebagai perlengkapan pakaian masyarakat yang
hidup di desa, kecuali saat pergi ke ladang.
Pakaian mewah dipenuhi dengan warna kuning keemasan dapat dijumpai
pada busana yang dikenakan pengantin daerah Lampung. Mulai dari kepala
sampai ke kaki terlihat warna kuning emas.
Di kepala mempelai wanita bertengger siger, yaitu mahkota berbentuk
seperti tanduk dari lempengan kuningan yang ditatah hias bertitik-titik
rangkaian bunga. Siger ini berlekuk ruji tajam berjumlah sembilan
lekukan di depan dan di belakang (siger tarub), yang setiap lekukannya
diberi hiasan bunga cemara dari kuningan (beringin tumbuh). Puncak siger
diberi hiasan serenja bulan, yaitu kembang hias berupa mahkota
berjumlah satu sampai tiga buah. Mahkota kecil ini mempunyai lengkungan
di bagian bawah dan beruji tajam-tajam pada bagian atas serta berhiaskan
bunga. Pada umumnya terbuat dari bahan kuningan yang ditatah.
Badan mempelai dibungkus dengan sesapur, yaitu baju kurung bewarna
putih atau baju yang tidak berangkai pada sisinya dan di tepi bagian
bawah berhias uang perak yang digantungkan berangkai (rambai ringgit).
Sebagai kainnya dikenakan kain tapis dewo sanow (kain tapis dewasana)
dipakai oleh wanita pada waktu upacara besar (begawi) dari bahan katun
bersulam emas dengan motif tumpal atau pucuk rebung. Kain ini dibuat
beralaskan benang emas, hingga tidak nampak kain dasarnya. Bila kain
dasarnya masih nampak disebut jung sarat. Jenis tapis dewasana merupakan
hasil tenunan sendiri, yang sekarang sangat jarang dibuat lagi.
Pinggang mempelai wanita dilingkari bulu serti, yaitu ikat pinggang
yang terbuat dari kain beludru berlapis kain merah. Bagian atas ikat
pinggang ini dijaitkan kuningan yang digunting berbentuk bulat dan
bertahtakan hiasan berupa bulatan kecil-kecil. Di bawah bulu serti
dikenakan pending, yaitu ikat pinggang dari uang ringgitan Belanda
dengan gambar ratu Wihelmina di bagian atas.
Pada bagian dada tergantung mulan temanggal, yaitu hiasan dari
kuningan berbentuk seperti tanduk tanpa motif, hanya bertatah dasar.
Kemudian dinar, yaitu uang Arab dari emas diberi peniti digantungkan
pada sesapur, tepatnya di bagian atas perut. Dikenakan pula buah jukum,
yaitu hiasan berbentuk buah-buah kecil di atas kain yang dirangkai
menjadi untaian bunga dengan benang dijadikan kalung panjang. Biasanya
kalung ini dipakai melingkar mulai dari bahu ke bagian perut sampai ke
belakang.
Gelang burung, yaitu hiasan dari kuningan berbentuk burung bersayap
yang diikatkan pada lengan kiri dan kanan, tepatnya di bawah bahu. Di
atasnya direkatkan bebe, yaitu sulaman kain halus yang berlubang-lubang.
Sementara gelang kana, terbuat dari kuningan berukir dan gelang Arab,
yang memiliki bentuk sedikit berbeda, dikenakan bersama-sama di lengan
atas dan bawah.
Mempelai laki-laki mengenakan kopiyah mas sebagai mahkota. Bentuknya
bulat ke atas dengan ujung beruji tajam. Bahannya dari kuningan
bertahtakan hiasan karangan bunga. Badannya ditutup dengan sesapur warna
putih berlengan panjang. Dipakai celanou (celana) panjang dengan warna
sama dengan warna baju.
Pada pinggang dibalutkan tapis bersulam benang emas penuh diikat
dengan pending. Bagian dada dilibatkan membentuk silang limar, yaitu
selendang dari sutra disulam benang emas penuh. Lengan dihias dengan
gelang burung dan gelang kana. Perlengkapan lain yang menghiasi badan
sama seperti yang dikenakan oleh mempelai wanita. Kaki kedua mempelai
dibungkus dengan selop beludru warna hitam.
Rumah Adat
Rumah tradisional adat Lampung, atau yang sering disebut Nuwo Sesat,
memiliki ciri khas seperti: berbentuk panggung, atap terbuat dari
anyaman ilalang, terbuat dari kayu dikarenakan untuk menghindari
serangan hewan dan lebih kokoh bila terjadi gempa bumi, karena
masyarakat lampung telah mengenal gempa dari zaman dahulu dan lampung
terletak di pertemuan lempeng Asia dan Australia.
Lihat pula
Referensi
Pranala luar
- (Indonesia) Profil Demografi Lampung
- (Indonesia) Profil Ekonomi Lampung
- (Indonesia) Profil Wisata Lampung
- (Indonesia) Ekonomi Regional Lampung
- (Indonesia) Statistik Regional Lampung
- (Indonesia) Situs web resmi pemerintah provinsi Lampung
- (Indonesia) Letak geografis provinsi Lampung
- (Indonesia) Sejarah provinsi Lampung
- (Indonesia) Indonesia Travel: Informasi lengkap seputar Lampung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar