Sekala Brak, Etimologi dan Sejarah Etnis Lampung
Asal usul bangsa Lampung adalah dari Sekala Brak yaitu sebuah
Kerajaan yang letaknya di dataran Belalau, sebelah selatan Danau Ranau
yang secara administratif kini berada di Kabupaten Lampung Barat. Dari
dataran Sekala Brak inilah bangsa Lampung menyebar ke setiap penjuru
dengan mengikuti aliran Way atau sungai-sungai yaitu way komering, way
kanan, way semangka, way seputih, way sekampung dan way tulang bawang
beserta anak sungainya, sehingga meliputi dataran Lampung dan Palembang
serta Pantai Banten. Sekala Brak memiliki makna yang dalam dan sangat
penting bagi bangsa Lampung. Ia melambangkan peradaban, kebudayaan dan
eksistensi Lampung itu sendiri. Bukti tentang kemasyuran kerajaan Sekala
Brak didapat dari cerita turun temurun yang disebut warahan, warisan
kebudayaan, adat istiadat, keahlian serta benda dan situs seperti tambo
dan dalung seperti yang terdapat di Kenali, Batu Brak dan Sukau. Kata LAMPUNG sendiri berawal dari kata "Anjak Lambung" yang
berarti berasal dari ketinggian ini karena para puyang Bangsa Lampung
pertama kali bermukim menempati dataran tinggi Sekala Brak di lereng
Gunung Pesagi. Sebagaimana I Tshing yang pernah mengunjungi Sekala Brak
setelah kunjungannya dari Sriwijaya dan beliau menyebut To-Langpohwang bagi penghuni negeri ini. Dalam bahasa hokkian, dialek yang dipertuturkan I Tshing, To-Langpohwang berarti Orang Atas dan
seperti diketahui Pesagi dan dataran tinggi Sekala Brak adalah puncak
tertinggi di Tanoh Lampung. Ada beberapa teori tentang etimologi Sekala
Brak, yaitu:
- Sakala Bhra yang berarti titisan dewa (terkait dengan Kerajaan Sekala Brak Hindu)
- Segara Brak yang berarti genangan air yang luas (diketahui sebagai Danau Ranau)
- Sekala Brak yang berarti tumbuhan sekala dalam jumlah yang banyak dan luas (tumbuhan ini banyak terdapat di Pesagi dan dataran tingginya)
Tafsiran para ahli purbakala seperti Groenevelt, L.C.Westernenk dan Hellfich di
dalam menghubungkan bukti bukti memiliki pendapat yang berbeda beda
namun secara garis besar didapat benang merah kesamaan dan acuan yang
tidak diragukan di dalam menganalisa bahwa Sekala Brak merupakan cikal
bakal bangsa Lampung.
Dalam buku The History of Sumatra karya The Secretary to the President and the Council of Port Marlborough Bengkulu, William Marsdn, 1779,
diketahui asal-usul Penduduk Asli Lampung. Didalam bukunya William
Marsdn mengungkapkan "If you ask the Lampoon people of these part, where
originally comme from they answere, from the hills, and point out an
island place near the great lake whence, the oey, their forefather
emigrated…". "Apabila tuan-tuan menanyakan kepada Masyarakat Lampung
tentang dari mana mereka berasal, mereka akan menjawab dari dataran
tinggi dan menunjuk ke arah Gunung yang tinggi dan sebuah Danau yang
luas.." Dari tulisan ini bisa disimpulkan bahwa yang dimaksud danau
tersebut ialah Danau Ranau. Sedangkan Gunung yang berada dekat Danau
adalah Gunung Pesagi, Sebagaimana juga ditulis Zawawi Kamil (Menggali Babad & Sedjarah Lampung) disebutkan dalam sajak dialek Komering/Minanga: "Adat
lembaga sai ti pakaisa buasal jak Belasa Kapampang, Sajaman rik tanoh
pagaruyung pemerintah bunda kandung, Cakak di Gunung Pesagi rogoh di
Sekala Berak, Sangon kok turun temurun jak ninik puyang paija, Cambai
urai ti usung dilom adat pusako"
Terjemahannya berarti "Adat Lembaga yang digunakan ini berasal dari
Belasa Kepampang (Nangka Bercabang), Sezaman dengan ranah pagaruyung
pemerintah bundo kandung, Naik di Gunung Pesagi turun di Sekala Berak,
Memang sudah turun temurun dari nenek moyang dahulu, Sirih pinang dibawa
di dalam adat pusaka, Kalau tidak pandai tata tertib tanda tidak
berbangsa".
Dalam catatan Kitab Tiongkok kuno yang disalin oleh Groenevelt
kedalam bahasa Inggris bahwa antara tahun 454 dan 464 Masehi disebutkan
kisah sebuah Kerajaan Kendali yang terletak di antara pulau Jawa dan
Kamboja. Prof. Wang Gungwu dalam majalah ilmiahJournal of Malayan Branch of the Royal Asiatic Society dengan
lebih spesifik menyebutkan bahwa pada tahun tahun 441, 455, 502, 518,
520, 560 dan 563 yang mulia Sapanalanlinda dari Negeri Kendali
mengirimkan utusannya ke Negeri Cina.
Menurut L.C. Westenenk nama Kendali ini dapat kita hubungkan
dengan Kenali Ibukota Kecamatan Belalau sekarang. Nama Sapalananlinda
itu menurut kupasan dari beberapa ahli sejarah, dikarenakan berhubung
lidah bangsa Tiongkok tidak fasih melafaskan kata Sribaginda, ini
berarti Sapanalanlinda bukanlah suatu nama. Hal diatas membuktikan bahwa
pada abad ke 3 telah berdiri Kerajaan Sekala Brak Kuno yang belum
diketahui secara pasti kapan mulai berdirinya. Kerajaan Sekala Brak ini
dihuni oleh Buay Tumi dengan Ibu Negeri Kenali dan Agama resminya adalah Hindu Bairawa.
Hal ini dibuktikan dengan adanya Batu Kepampang di Kenali yang
fungsinya adalah sebagai alat untuk mengeksekusi Pemuda dan Pemudi yang
tampan dan cantik sebagai tumbal dan persembahan untuk para Dewa.
Riwayat leluhur Bangsa Lampung/Sekala Brak dapatditelusuri melalui
warahan (cerita turun temurun),tambo (catatan pada kulit kayu),maupun
hahiwang (puisi/syair adat). Di lereng gunung Pesagi,dapat ditemukan
berbagai peninggalan lain,seperti bebatuan yang tersebar di gunung
Pesagi,tapak bekas kaki,altar/tempat eksekusi muda-mudi. Kerajaan Sekala
Brak menjalin kerjasama perdagangan antar pulau dengan Kerajaan
Kerajaan lain di Nusantara dan bahkan dengan India dan Negeri Cina. Prof. Olivier W. Wolters dari Universitas Cornell, dalam bukunya Early Indonesian Commerce,
Cornell University Press, Ithaca, New York, 1967, hal. 160, mengatakan
bahwa ada dua kerajaan di Asia Tenggara yang mengembangkan perdagangan
dengan Cina pada abad 5 dan 6 yaitu Kendali di Andalas dan Ho-lo-tan di
Jawa. Dalam catatan Dinasti Liang (502-556) disebutkan tentang letak
Kerajaan Sekala Brak yang ada di Selatan Andalas dan menghadap kearah
Samudra India, Adat Istiadatnya sama dengan Bangsa Kamboja dan Siam,
Negeri ini menghasilkan pakaian yang berbunga, kapas, pinang, kapur
barus dan damar.
Dari Prasasti Hujung Langit (Hara Kuning) bertarikh 9
Margasira 919 Caka yang di temukan di Bunuk Tenuar Liwa terpahat nama
raja di daerah Lampung yang pertama kali ditemukan pada prasasti.
Prasasti ini terkait dengan Kerajaan Sekala Brak kuno yang masih
dikuasai oleh Buay Tumi. Prof. Dr. Louis-Charles Damais dalam buku Epigrafi dan Sejarah Nusantara yang
diterbitkan oleh Pusat Penelitian Arkeologi Nasional, Jakarta, 1995,
halaman 26-45, diketahui nama Raja yang mengeluarkan prasasti ini
tercantum pada baris ke-7, menurut pembacaan Prof. Damais namanya
adalah Baginda Sri Haridewa. Lebih jauh lagi Sekala Brak Hindu adalah
juga merupakan cikal bakal Sriwijaya, dimana saat persebaran awal
dimulai dari dataran tinggi Pesagi dan Danau Ranau satu kelompok menuju
keselatan menyusuri dataran Lampung dan kelompok yang lain menuju kearah
utara menuju dataran palembang (Van Royen:1927). Bahkan seorang keturunan dari Sekala Brak Hindu adalah merupakan Pendiri dari Dinasti Sriwijaya adalah Dapunta Hyang Sri Jayanaga yang memulai Dinasti Sriwijaya awal dengan ibu negeri Minanga Komering (Arlan Ismail:2003).
Berdasarkan Warahan dan Sejarah yang disusun di dalam Tambo, dataran
Sekala Brak yang pada awalnya dihuni oleh suku bangsa Tumi ini
mengagungkan sebuah pohon yang bernama Belasa Kepampang atau nangka
bercabang karena pohonnya memiliki dua cabang besar, yang satunya nangka
dan satunya lagi adalah sebukau yaitu sejenis kayu yang bergetah.
Keistimewaan Belasa Kepampang ini bila terkena cabang kayu sebukau akan
dapat menimbulkan penyakit koreng atau penyakit kulit lainnya, namun
jika terkena getah cabang nangka penyakit tersebut dapat disembuhkan.
Karena keanehan inilah maka Belasa Kepampang ini diagungkan oleh suku
bangsa Tumi.
Pembagian Wilayah Lampung Berdasarkan Way
Masyarakat Lampung hidup teratur dengan berpegang kepada norma dan
adat perniti baik yang tertulis dalam huruf Lampung Kuno maupun secara
lisan secara turun temurun. Kehidupan kemasyarakatan diatur dengan
sistem kekerabatan yang bersifat Genealogis Patrilineal dimana
pemerintahan dilakukan secara adat terutama yang mengatur sistem mata
pencaharian hidup, sistem kekerabatan, kehidupan sosial dan budaya.
Secara Harfiah Buway (Bu-Way) berarti pemilik air atau pemilik
daerah kekuasaan berdasarkan daerah aliran air atau sungai. Pembagian
daerah dan wilayah berdasarkan sungai sungai atau way yang ada di
Lampung sehingga menjadi beberapa Marga Atau Buway, pembagian ini
dimaksudkan agar tidak terjadi perselisihan antar marga atau kebuayan.
Pembagian wilayah ini diatur oleh Umpu Bejalan Di Way. A. Wilayah Kekuasaan Kepaksian inti Paksi Pak Sekala Brak:
- Way Selalau
- Way Belunguh
- Way Kenali
- Way Kamal
- Way Kandang Besi
- Way Semuong
- Way Sukau
- Way Ranau
- Way Liwa
- Way Krui
- Way Semaka
- Way Tutung
- Way Jelai
- Way Benawang
- Way Ngarip
- Way Wonosobo
- Way Ilahan
- Way Kawor Gading
- Way Haru
- Way Tanjung Kejang
- Way Tanjung Setia
B. Wilayah Kekuasaan Penyimbang Punggawa Melinting:
- Way Meringgai
- Way Kalianda
- Way Harong
- Way Palas
- Way Jabung
- Way Tulung Pasik
- Way Jepara
- Way Kambas
- Way Ketapang
- Way Limau
- Way Badak
- Way Pertiwi
- Way Putih Doh
- Way Kedondong
- Way Bandar Pasir
- Way Punduh
- Way Pidada
- Way Batu Regak
- Way Berak
- Way Kelumbayan
- Way Peniangan
C. Wilayah Kekuasaan Penyimbang Punggawa Pubiyan Telu Suku:
- Way Pubiyan
- Way Tebu
- Way Ratai
- Way Seputih
- Way Balau
- Way Penindingan
- Way Semah
- Way Salak Berak
- Way Kupang Teba
- Way Bulok
- Way Latayan
- Way Waya
- Way Samang
- Way Layap
- Way Pengubuan
- Way Sungi Sengok
- Way Peraduan
- Way Batu Betangkup
- Way Selom
- Way Heni.
- Way Naningan
D. Wilayah Kekuasaan Penyimbang Punggawa Sungkay Bunga Mayang:
- Way Sungkay
- Way Malinai
- Way Tapus
- Way Tapus
- Way Ulok Buntok
- Way Tapal Badak
- Way Kujau
- Way Surang
- Way Kistang
- Way Raman Gunung
- Way Rantau Tijang
- Way Tulung Selasih
- Way Tulung Biuk
- Way Tulung Maus
- Way Tulung Cercah
- Way Tulung Hinduk
- Way Tulung Mengundang
- Way Kubu Hitu
- Way Pengacaran
- Way Cercah
- Way Pematang Hening
E. Wilayah Kekuasaan Penyimbang Punggawa Buay Lima Way Kanan:
- Way Umpu
- Way Besay
- Way Jelabat
- Way Sunsang
- Way Putih Kanan
- Way Pengubuan Kanan
- Way Giham
- Way Petay
- Way Hitam
- Way Dingin
- Way Napalan
- Way Gilas
- Way Bujuk
- Way Tuba
- Way Baru
- Way Tenong
- Way Kistang
- Way Panting Kelikik
- Way Kabau
- Way Kelom
- Way Peti
F. Wilayah Kekuasaan Penyimbang Punggawa Abung Siwo Mego:
- Way Abung
- Way Melan
- Way Sesau
- Way Kunyaian
- Way Sabu
- Way Kulur
- Way Kumpa
- Way Bangik
- Way Babak
- Way Tulung Balak
- Way Galing
- Way Cepus
- Way Muara Toping
- Way Terusan Nunyai
- Way Pematang Hening
- Way Banyu Urip
- Way Candi Sungi
- Way Tulung Biuk
- Way Tulung Pius
- Way Umban
- Way Guring
G. Wilayah Kekuasaan Penyimbang Punggawa Mego Pak Tulang Bawang:
- Way Rarem
- Way Gedong Aji
- Way Penumangan
- Way Panaragan
- Way Kibang
- Way Ujung Gunung
- Way Nunyik
- Way Lebuh Dalom
- Way Gunung Tukang
- Way Pagar Dewa
- Way Rawa Panjang
- Way Rawa Cokor
- Way Tulung Belida
- Way Karta
- Way Gunung Katun
- Way Malai
- Way Krisi
H. Wilayah Kekuasaan Penyimbang Punggawa Komering:
- Way Komering
- Beserta anak sungainya
Falsafah Hidup Orang Lampung
Falsafah Hidup Ulun Lampung tersebut diilustrasikan dengan lima bunga penghias Sigor pada lambang Propinsi Lampung.
Menurut kitab Kuntara Raja Niti, Ulun Lampung haruslah memiliki Lima Falsafah Hidup:
- Piil-Pusanggiri (malu melakukan pekerjaan hina menurut agama serta memiliki harga diri),
- Juluk-Adok (mempunyai kepribadian sesuai dengan gelar adat yang disandangnya),
- Nemui-Nyimah (saling mengunjungi untuk bersilaturahmi, selalu mempererat persaudaraan serta ramah menerima tamu),
- Nengah-Nyampur (aktif dalam pergaulan bermasyarakat dan tidak individualistis),
- Sakai-Sambayan (gotong-royong dan saling membantu dengan anggota masyarakat lainnya).
Tujuh Pedoman Hidup Ulun Lampung:
- Berani menghadapi tantangan: mak nyerai ki mak karai, mak nyedor ki mak bador.
- Teguh pendirian: ratong banjir mak kisir, ratong barak mak kirak.
- Tekun dalam meraih cita-cita: asal mak lesa tilah ya pegai, asal mak jera tilah ya kelai.
- Memahami anggota masyarakat yang kehendaknya tidak sama: pak huma pak sapu, pak jelma pak semapu, sepuluh pandai sebelas ngulih-ulih, sepuluh tawai sebelas milih-pilih.
- Hasil yang kita peroleh tergantung usaha yang kita lakukan: wat andah wat padah, repa ulah riya ulih.
- Mengutamakan persatuan dan kekompakan: dang langkang dang nyapang, mari pekon mak ranggang, dang pungah dang lucah, mari pekon mak belah.
- Arif dan bijaksana dalam memecahkan masalah: wayni dang rubok, iwani dapok.
Sekilas Tentang Seni Dan Tradisi
Bangsa Lampung memiliki ragam kesenian yang kaya akan keragaman, keindahan dan keanggunan budaya.
Tarian yang dibawakan oleh Muli Meghanai Lampung memiliki ciri khas
gerak serta langgam tersendiri. Tarian klasik yang diselenggarakan pada
saat upacara kerajaan adalah suatu bentuk tarian yang dikenal dengan
nama Tarakot Kataki atau Lalayang Kasiwan yang masing masing diperagakan
oleh dua belas Meghanai secara bersama sama sebagian memegang kipas dan
sebagian lagi tidak memegang kipas.
Ragam tarian lain adalah Tari Tanggai yang ditampilkan oleh satu,
dua, atau empat orang Muli yang masing masing memegang kipas. Didalam
membawakan Tari Tanggai para Muli ini menggunakan aksesoris berupa kuku
kuku panjang yang terbuat dari perak yang dipasang diujung jari para
penari. Tari tersebut diiringi oleh irama Gamulan/Kulintang dengan
ditingkahi para Meghanai yang membawakan bait tertentu yang
dinamakan Ngadidang. Dalam sepuluh hari di dalam bulan Syawal
diadakan Sekuraan yaitu Festival Topeng yang diselenggarakan sebagai
ungkapan suka cita setelah sebulan penuh berpuasa dan mendapatkan Hari
Kemenangan. Sekuraan ini diadakan dibeberapa Pekon di Sekala Brak dengan
berbagai suguhan Kesenian seperti Silek, Muwayak, Hadra, dan Nyambai
oleh para Sekura.
Ada dua tipe Sekura yaitu Sekura Helau yang melambangkan kebajikan
dan kebijaksanaan dan Sekura Kamak yang melambangkan Ketamakan dan
Keangkaramurkaan. Sekura Helau mengenakan kostum yang indah dan bagus
seperti bawahan yang mengenakan kain yang bermotifkan Tapis dan atasan
yang mengenakan Kain Panjang, sedangkan Sekura Kamak mengenakan Topeng
yang menyeramkan dan kostum yang kebanyakan berwarna hitam hitam. Setiap
sehari sebelum Idul Fitri dan Idul Adha ada tradisi Ngelemang pada
Paksi Paksi di Sekala Brak terutama di Paksi Buay Bejalan Di Way, ada
beberapa jenis Lemang seperti Lemang Siwok yang terbuat dari ketan,
Lemang Bungking yang terbuat dari ketan–pisang, dan Lemang Ceghughut
yang terbuat dari ketan–gula merah. Tradisi ini sebenarnya adalah
tradisi lanjutan seperti yang berlaku di daerah Minangkabau.
Bangsa Lampung dikenal memiliki kain tenun yang indah dan anggun yang
dikenal dengan Kain Tapis. Tapis adalah kain yang agung dan sakral yang
pada mulanya hanya dikenakan oleh Para Saibatin dan keluarganya saja
terutama dikenakan dalam Gawi dan Upacara adat. Namun dalam
perkembangannya Kain Tapis telah diproduksi secara massal sehingga
setiap khalayak dapat berkesempatan untuk memiliki dan mengenakannya.
Saat ini Kain Tapis telah dikomersialkan dan memiliki nilai ekonomi
yang tinggi dan telah melanglangbuana hingga ke mancanegara. Kini Kain
Tapis telah mengalami perkembangannya hingga semakin variatif dengan
berbagai macam bentuk dan telah merambah dunia fasion seperti pakaian
dan aksesoris aksesoris yang bermotifkan Tapis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar